Minggu, 28 Mei 2017

Ilmu Komunikasi




A.    Definisi Komunikasi



Menurut William Albig (1939) dalam Anwar Arifin (2003: 25) berpendapat bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambing-lambang yang berarti antara individu-individu.[1] Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu  menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.[2]

Definisi yang menempatkan komunikasi sebagai control social dimulai oleh Carl I. Hoveland (1948) yang kemudian dikemukakan juga antara lain oleh Shannon dan Weaver (1949) dan oleh Shachter (1961). Dalam Anwar Arifin (2003: 26) Hoveland merumuskan: “komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambing-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain.[3]

            Pertama-tama, sepenuhnya diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial (social), maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara social, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat,motivasi,dan kemampuan. Kemudian ketika membicarakan komunikasi sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Melalui pandangan mengenai komunikasi ini, menekankan bahwa menciptakan suatu makna adalah sesuatu yang dinamis. Oleh karena itu, komunikasi tidak memiliki awal dan akhir yang jelas.[4]



B.     Jenis Komunikasi



Bagi pihak yang menekankan pada penggunaan media,  maka komunikasi dibagi atas dua bagian, yaitu komunikasi media (beralat) dan komunikasi tatap muka (non media). Selanjutnya komunikasi media dibedakan lagi atas dua jenis, yaitu komunikasi dengan menggunakan media massa (pers, radio, film, dan televise) dan komunikasi dengan menggunakan media individual (surat telegram, telepon, dan sebagainya).[5]

Jika komunikasi dititik beratkan pada sifat pesan, maka komunikasi dapat dibagi pula ke dalam dua jenis, yaitu komunikasi massa (isinya bersifat umum) dan komunikasi personal (isinya bersifat pribadi). Komunikasi massa dapat menggunakan media massa, sedangkan komunikasi personal boleh menggunakan alat seperti surat, telepon, dan telegram.[6]

Selain dari pembagian diatas, terdapat juga cara membagi komunikasi berdasarkan pengirim dan penerima atau peserta komunikasi. Dengan demikian komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dinamakan komunikasi kelompok (ada kelompok kecil dan ada kelompok besar), Dn yang berlangsung dengan massa, dinamakan komunikasi massa. Selain dari ketiga jenis komunikasi itu (personal, kelompok, massa), para sosiolog menambahkan satu lagi jenis komunikasi, yaitu komunikasi organisasi yaitu komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi (formal).[7]



C.    Etika dan Komunikasi



Menurut Englehardt (2001) dalam Ricard West dan Lynn H. Turner (2007: 17) Etika merupakan suatu tipe pembuatan keputusan yang bersifat moral, dan menentukan apa yang benar dan salah dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada di masyarakat.[8]

Etika melampaui segala cara kehidupan dan melampaui gender, ras, kelas sosial, identitras seksual, dan agama dan kepercayaan. Dengan kata lain kita tidak dapat menghindari prinsip-prinsip etis dalam kehidupan kita. Donald Wright (1996) dalam Richard West dan Lynn H. Turner (2007: 18) berpendapat bahwa etika merupakan bagian dalam hampir semua keputusan yang kita buat.[9] Perkembangan moral merupakan bagian dari perkembangan umat manusia dan seiring dengan bertambahnya usia kita,kode moral kita juga mengalami perubahan menuju kedewasaan.[10]

Ken Andersen (2003) dalam Richard  West dan Lynn H. Turner (2007: 18) berpendapat bahwa :

 “Tanpa pemahaman dan ekspresi nilai-nilai etika, masyarakat akan dirugikan, melanggar norma-norma komunikasi etis merupakan faktor utama dalam malaise yang telah menyeret banyak orang untuk menarik diri dari budaya bersama, baik dari profesi, asosial, maupun arena politik mereka.”

Dari sudut pandang komunikasi, isu-isu mengenai etika muncul ke permukaan setiap kali pesan-pesan memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi orang lain. Hubungan  antara komunikasi dan etika sangat pelik dan rumit.

D.    Teori dalam Komunikasi



Berikut beberapa teori mengenai komunikasi :

1.      Teori Atribusi

Teori atribusi ini ditulis oleh Valerie Manusov dan Brian Spitzberg (2008), yang berjudul Attribution Theory, dengan subjudul, Finding Good Cause in the Search for Theory. Menurut mereka , manusia merupakan makhluk yang mempunyai sifat ingin tau: kita ingin tau mengapa dan bagaimana sesuatu dapat terjadi, kita mengembangkan agama, falsafat dan ilmu pengetahuan sebagai cara-cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyan kita itu.[11] Kita dengan mudah dapat melihat banyak contoh sehari-hari mengenai ini dalam pikiran-pikiran kita, dan dalam percakapan-percakapan kita dengan teman.

2.      Teori Penetrasi Sosial

Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1973) dalam Richard West dan Lynn H. Turner (2007: 196) mengonseptuliskan Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory-SPT). Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu area mengenai ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori ini menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasikan sebagai penetrasi social. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju komunikasi yang lebih intim.[12]

3.      Teori Analisis Percakapan

Teori ini ditulis oleh Jenny Mandelbaum (2008) sebagai salah satu teori komunikasi yang terpusat pada wacana/interaksi. Teori ini dengan judul aslinya, Conversation Analysis Theory di singkat CA dengan subjudul, A Descriptive Approach to Interpersonal Communication menawarkan teori deskriptif berdasarkan observasi tentang komunikasi (atau lebih khususnya lagi untuk CA, percakapan, dan perilaku lainnya dalam interaksi) dengan implikasi bagi studi komunikasi antar pribadi. Tujuan utama CA ialah menyusun kebiasaan-kebiasaan dan keberaturan-keberaturan dasar yang masuk diakal mengenai interaksi yang membentuk dasar untuk komunikasi setiap hari dalam suasana formal dan professional.[13]

4.      Teori Pertukaran Sosial

Seorang teoritikus Pertukaran Sosial (Social Exchange) yang mengamati hubungan , Meredith dan La Tasha akan memprediksikan bahwa hubunganh itu akan mengalami masalah karena hubungan itu saat ini tampaknya membutuhkan lebih banyak pengorbanan daripada memberikan penghargaan. Teori pertukaran social (Social Exchange Theory-SET) didasarkan menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang didapat dengan meneruskan hubungan itu. Pengorbanan (cost) adalah elemen dari sebuah hubungan yang memiliki nilai negatif  bagi seseorang. Penghargaan (rewards) adalah elemen-elemen dalam sebuah hubungan yang memiliki nilai positif.[14]


Referensi

Arifin, Anwar. (2003). Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

West, Richard & Turner H. Lynn. (2007). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika.

Budyatna, Muhammad. (2015).Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Prenada Media.




[1] Anwar Arifin.2003. Ilmu Komunikasi, RajaGrafindo Persada: Jakarta,hlm. 25.
[2] Richard West dan Lynn H. Turner.2007. Pengantar Teori Komunikasi, Salemba Humanika: Jakarta.hlm, 5.
[3] Anwar Arifin, Op.Cit, hlm.26.
[4]Richard West dan Lynn H. Turner,  Op.Cit, hlm.6.
[5] Anwar Arifin, Op.Cit, hlm.31.
[6] Ibid, hlm.31.
[7] Ibid, hlm.31.
[8] Richard West dan Lynn H. Turner, Op.Cit, hlm.17.
[9] Ibid, hlm.18.
[10] Ibid, hlm.18.
[11] Muhammad Budyanta.2015. Komunikasi Antar Pribadi, PrenadaMedia Group: Jakarta, hlm.42.
[12] Richard West dan Lynn H. Turner.2007. Pengantar Teori Komunikasi, Salemba Humanika: Jakarta,  hlm.196.
[13] Muhammad Budyatna, Op.Cit, hlm.174.
[14] Richard West dan Lynn H. Turner, Op.Cit, hlm.215

Tidak ada komentar:

Posting Komentar